Kasus Covid-19 Sudah 6 Hari Turun Rupiah Siap Balas Dendam

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin (21/7). Penyebabnya, kecemasan akan terjadinya stagflasi yang membuat permintaan dolar AS sebagai aset safe haven meningkat.

Stagflasi merupakan merosotnya perekonomian tetapi inflasi tinggi.

Maklum saja, lonjakan kasus virus corona terjadi mulai dari Asia, Eropa, hingga ke Amerika Serikat, sehingga ada risiko pembatasan sosial kembali diketatkan, dan tentu saja berdampak pada pelambatan pertumbuhan ekonomi.


"Ketakutan akan stagflasi menjadi kekhawatiran utama investor ketika kasus Covid-19 melonjak dan membuat perekonomian melambat sementara inflasi tetap menanjak," kata Peter Essele, Kepala Manajemen Investasi di Commonwealth Financial Network, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (19/7/2021).

Saat itu terjadi, maka aset-aset safe haven, dolar AS salah satunya akan menjadi favorit investasi.

"Saya percaya aset safe haven pantas untuk menguat, mengingat pemulihan ekonomi global yang melambat sehingga ekspektasi pertumbuhan yang tinggi layak dipertanyakan," kata Juan Perez, ahli strategi valuta asing di Tempus Inc di Washington, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (21/7/2021).

Kemarin, rupiah melemah 0,14% ke Rp 14.540/US$, sementara pada perdagangan hari ini, Kamis (22/7/2021) ada peluang rupiah mampu bangkit. Sebab, sentimen pelaku pasar terus membaik, tercermin dari menguatnya bursa saham global. Bursa saham AS (Wall Street) melesat pada perdagangan Rabu waktu setempat, beberapa bursa utama Asia pun menyusul pagi ini.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka aset safe haven menjadi kurang menarik, sehingga rupiah berpeluang menguat.

Apalagi ada kabar baik dari dalam negeri, kasus Covid-19 sudah turun dalam 6 hari terakhir. Kemarin, penambahan kasus Covid-19 dilaporkan sebanyak 33.772 orang, turun dari hari sebelumnya 38.257 orang. Penambahan kasus kemarin juga merupakan yang terendah sejak 6 Juli, dan sudah cukup jauh di bawah rekor penambahan 56.757 yang dicatat pada Kamis pekan lalu.

Terus menurunnya kasus Covid-19 memperbesar peluang dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat atau yang saat ini disebut PPKM Level 3 dan 4, pada 26 Juli mendatang.

Secara teknikal, pelemahan rupiah kemarin belum merubah level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih didukung oleh pola Shooting Star yang muncul pada Rabu (30/6/2021), dan sehari setelahnya muncul pola Gravestone Doji. Keduanya merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.

Tail atau ekor pola Gravestone Doji berada di Rp 14.550/US$, dan rupiah masih berada di bawahnya. Artinya peluang penguatan masih terbuka.

Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian makin menjauh dari wilayah overbought.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya momentum penguatan rupiah sudah mulai berkurang, sebab stochastic mulai menjauh dari wilayah overbought.

Level psikologis Rp 14.500/US$ menjadi support bagi rupiah, jika berhasil dilewati ada peluang penguatan ke Rp 14.450/US$.

Sementara Rp 14.550/US$ masih menjadi resisten terdekat, penembusan di atas level tersebut akan memicu pelemahan lebih lanjut ke Rp 14.570 hingga Rp 14.580/US$. Tekanan bagi rupiah akan lebih besar jika mengakhiri perdagangan hari ini di atas Rp 14.550/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)

0 Response to "Kasus Covid-19 Sudah 6 Hari Turun Rupiah Siap Balas Dendam"

Post a Comment