Opini Idham Cholid Menyibak Sejarah Memahami Makna Hijrah
Idham Cholid | Ketua Umum Jayanusa; Pembina Gerakan Towel Indonesia; Pembina Komunitas Pedagang Kecil (Kompak) Wonosobo.
10 Agustus 2021 ini bertepatan dengan 1 Muharram, tahun baru 1443 Hijriyah. Setiap pergantian tahun tentu harus bermakna. Jangankan pergantian tahun, ketika seorang sahabat bertanya tentang pergantian malam dan siang saja, Nabi SAW bahkan balik bertanya: Madza 'adadta laha (bekal apa yang engkau persiapkan)?
Maka bagi kita, pergantian tahun baru Islam khususnya, apalagi terkait langsung dengan sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW, haruslah menjadi sumber inspirasi. Tak lain, sebagai bekal menapaki kehidupan selanjutnya lebih baik lagi.
Namun yang penting untuk diketahui sebenarnya, kenapa tahun Islam disebut Hijriyah, yang mendasarkan pada Hijrah Nabi? Kenapa tidak didasarkan pada kelahirannya sehingga pasti akan sangat meriah karena selama ini sudah ditradisikan merayakannya dengan peringatan Maulid Nabi?
Alasan ini yang mesti diketahui. Bahwa kelahiran Nabi SAW, sebagaimana umumnya kita, masih "normal" dalam konteks kemanusiaan. Meskipun sangat istimewa, Nabi SAW tetap mempunyai ayah, yaitu Sayyid Abdullah. Inilah yang membedakannya dengan Isa al-Masih, kelahirannya tanpa seorang ayah. Al-Quran menyebutnya Isa ibn Maryam.
Memang tak sedikit bayi yang lahir tanpa seorang ayah. Apalagi saat ini, di mana pergaulan bebas memang sudah menjadi jadi. Namun sejarah mencatat, Sayyidah Maryam selama hidupnya selalu "menyendiri" di tengah keramaian Jemaat Kebaktian. Dia senantiasa khusyu' menghadapkan hati kepada Yang Maha Suci.
Perempuan suci itu hamil tanpa "pergaulan" dengan lelaki manapun. Dia melahirkan Isa al-Masih tanpa melalui proses "persetubuhan" sebelumnya. Maka tahun Masehi kita menyebutnya dengan Miladiyah, karena mendasarkan pada keistimewaan (lahirnya) orang suci, dari perempuan suci, yang selalu dijaga dan dijamin kesuciannya oleh Yang Maha Suci tersebut.
Dua Arti
Tahun Hijriyah, sekali lagi, tidak didasarkan pada kelahiran Nabi SAW. Tetapi pada momentum hijrah yang menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam. Dalam konteks ini, hijrah bisa dipahami dalam dua arti, yakni secara makani dan maknawi.
Hijrah makani merupakan proses migrasi atau perpindahan secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Bisa antar negara atau antar daerah saja.
0 Response to "Opini Idham Cholid Menyibak Sejarah Memahami Makna Hijrah"
Post a Comment